0
Pria MetroSeksual
Posted by Unknown
on
04.52
Metroseksual adalah berasal dari sebuah kata majemuk
yang berasal dari paduan dua istilah : metropolitan dan heteroseksual. Istilah
ini dipopulerkan pada tahun 1994 untuk merujuk kepada pria (khususnya yang
hidup pada masyarakat post-industri dengan budaya kapitalis) yang menampilkan
ciri-ciri atau stereotipe yang sering dikaitkan dengan kaum pria homoseksual
(seperti perhatian berlebih terhadap penampilan), meskipun dia bukanlah seorang
homoseksual. Istilah ini memicu perdebatan seputar penanda teoritis
dekonstruksi seksual serta hubungannya dengan konsumerisme.
Istilah
ini dipelopori oleh artikel yang ditulis oleh seorang wartawan bernama Mark
Simpson. Artikelnya diterbitkan pada tanggal 15 November 1994, di harian The
Independent. Simpson menulis :
“Pria
Metroseksual, pria lajang belia dengan pendapatan berlebih, hidup dan bekerja
di kawasan perkotaan (karena disitulah toko-toko terbaik tersedia), mungkin
adalah pasar produk konsumen yang paling menjanjikan pada dekade ini. Pada
dekade 80-an pria seperti ini hanya dapat ditemukan di dalam majalah fashion
seperti GQ, dalam iklan televisi jeans Levi’s atau dalam bar gay. Pada dekade
90-an ia ada di mana-mana dan ia gemar berbelanja”.
Istilah
ini semakin populer dengan munculnya artikel Simpson’s Salon.com pada tahun
2002 “Meet the metrosexual”, yang mendaulat David Beckham sebagai poster boy
(model) pria metroseksual. Biro iklan Euro RCSG sedunia mengadopsi istilah ini
sebagai studi pemasaran, serta New York Times menerbitkan tulisan ficer
Minggunya, “Metroseksuals Come Out”; tulisan ini menyebar ke seluruh Amerika
Utara dan semakin memopulerkan istilah ini. Definisi oleh Simpson’s Salon.com
lebih memiliki nuansa daripada pengertian umum istilah ini.
“Ciri
khas metroseksual adalah pria muda yang memiliki uang untuk dibelanjakan, hidup
dekat atau di metropolis – karena disanalah terletak toko, klub, pusat
kebugaran, dan penata rambut terbaik. Ia bisa saja seorang gay, heteroseksual,
atau biseksual, akan tetapi ini hanyalah imaterial belaka, karena nyatanya ia
lebih mencintai dirinya sebagai obyek cinta, kenikmatan, dan pilihan
seksualnya. Profesi tertentu seperti model, pelayan restoran, media, industri
musik, dan olahraga tampaknya menarik bagi kaum ini, akan tetapi sesungguhnya
seperti herpes, produk gengsi atau produk kegenitan untuk pria ada di
mana-mana.
Setelah
sekian lama, heteroseksualitas yang tidak berpelembab, tertindas, kuno dan
(re)produktif; kini telah diberi slip merah jambu oleh kapitalisme. Pria kokoh
yang penuh penyangkalan diri, sederhana dan rendah hati, jarang berbelanja
untuk dirinya sendiri (peran utamanya adalah mencari nafkah dan mendapat uang
untuk dibelanjakan istrinya), kini digantikan oleh pria baru, seseorang yang
kurang yakin dengan identitasnya dan lebih tertarik pada citra dirinya sendiri
– hal ini untuk menyatakan, seseorang yang ingin dilihat dan diperhatikan
(karena dengan demikian anda baru yakin bahwa anda itu ada). Seorang pria,
dengan kata lain, yang menjadi impian bagi para pengiklan”.
Dalam
perkembangannya, konsep metroseksual mengarah kepada gaya hidup pria perkotaan
modern yang berpenghasilan lebih dan sangat peduli kepada penampilan dan citra
dirinya. Gaya hidup ini berkait erat dengan konsumerisme, kapitalisme dan
bahkan dengan perilaku narsisme. Pria metroseksual menaruh perhatian lebih
kepada penampilan, ia cenderung memiliki kepekaan mode dan memilih pakaian
berkualitas atau bermerek, serta memiliki kebiasan merawat diri (grooming) atau
kebiasaan-kebiasaan yang dahulu lazim dikaitkan dengan kaum perempuan. Misalnya
menyukai kosmetik untuk pria, pergi ke salon atau spa, atau melakukan perawatan
tubuh seperti perawatan rambut, kuku dan kulit. Karena merupakan pasar
potensial bagi berbagai produk yang dikhususkan bagi kaum pria, konsep
metroseksual menjadi penting dalam industri fashion dan kosmetik pria, serta
dunia pemasaran dan periklanan.
( Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Metroseksual
)
Menurut saya, tidak ada salahnya
bila seorang pria mementingkan penampilannya selama itu tidak berlebihan.
Menjaga penampilan agar tetap rapih dan bersih memang sangat penting tapi
menjaga penampilang seperti itu tidak perlu biaya yang cukup besar. Apabila
pria berpenampilan rapih dan bersih dengan menghabiskan banyak rupiah, hal itu
akan menyebabkan prilaku konsumtif bagi pria itu sendiri. Pada akhirnya pria
seperti itulah yang akan menjadi pria metroseksual. Pria seharusnya berperilaku
layaknya seorang laki-laki pada umumnya, bukan seperti perempuat. Jalanilah
kodrat pria sebagai mana mestinya
Posting Komentar